28 March 2011

Nuklir

1.Kenapa sih Greenpeace melawan nuklir?

Greenpeace akan selalu bekerja keras –-dan terus melawan-– untuk memerangi penggunaan tenaga nuklir sebagai solusi energi, karena resikonya terhadap lingkungan dan kehidupan yang tidak bisa ditoleransi. Para pendukung industri nuklir tengah berusaha memanfaatkan masalah perubahan iklim untuk menghidupkan kembali industrinya yang kian meredup. Argumen yang selalu disampaikan mereka, bahwa tenaga nuklir adalah cara yang aman, besih, dan murah untuk mengatasi permasalahan perubahan iklim global dan krisis energi.


Kenyataannya, tenaga nuklir merongrong solusi sebenarnya untuk mengatasi perubahan iklim dengan mengalihkan investasi yang sangat dibutuhkan bagi sumber energi yang bersih dan terbarukan serta efisien.



Tenaga nuklir mahal dan berbahaya, karena bisa mengarah kepada meningkatnya perlombaan perbanyakan senjata nuklir, merupakan ancaman bagi keamanan global. Kalaupun ada keuntungan dari nuklir, akan terlalu sedikit, terlambat, dan terlalu mahal.

2. Bagaimana energi nuklir diciptakan?
Suatu molekul, bagian terkecil suatu unsul kimia, terdiri dari setidaknya dua atom. Satu atom terdiri dari elektron, neutron dan proton. Neutron-neutron dan proton-proton bersama disebutkan inti atom atau ”nucleus”. Kalau ”nucleus” dari atom ini mengandung lebih banyak neutron daripada proton, dia tidak stabil dan akan mengeluarkan partikel-partikel dalam upaya menstabilkan diri. Proses emisi partikel dan gelombang elektromagnetik disebut sebagai radioaktifitas. Zat radioaktif dari atom yang tidak stabil itu adalah radiasi pengion.

Atom-atom yang besar dan berat di alam adalah jenis atom yang tidak stabil, karena itu sangat radiatif. Salah satu contoh atom yang tidak stabil ini adalah uranium. Kalau suatu nucleus dari atom yang tidak stabil menangkap suatu neutron, atom ini akan membelah. Proses ini disebut fisi. Proses fisi ini menghasilkan suatu reaksi berantai di mana neutron-neutron yang dilepaskan dari proses fisi akan menambah fisi di dalam, setidaknya terhadap satu nucleus yang lain. Pembelahan ini menghasilkan radiasi sinar gamma, suatu bentuk radiasi nuklir yang mematikan dan mengandung tingkat energi yang sangat tinggi.

Dalam sebuah reaktor nuklir, reaksi berantai tersebut perlu dikendali supaya tidak terjadi reaksi berbahaya seperti yang ada dalam ledakan senjata nuklir.
Energi yang dihasilkan dari proses fisi ini digunakan untuk memanaskan air agar menjadi uap air. Pada tahap ini, fungsi pembangkit listrik tenaga nuklir sesungguhnya sama saja dengan pembangkit listrik tradisional yang menggunakan bahan bakar fosil, seperti minyak, atau batu bara. Tenaga yang dihasilkan oleh uap air untuk menggerakkan turbin, yang kemudian menberikan tenaga ke suatu generator guna menghasilkan listrik. Semua reaktor nuklir yang menggunakan uap air sebagai penggerak turbin bekerja dengan prinsip serupa.

3. Apa uranium begitu saja bisa dipakai sebagai bahan bakar nuklir?
Reaktor tenaga nuklir sipil memanfaatkan energi dari uranium yang dihasilkan selama proses fisi, seperti dijelaskan di atas. Sebelum uranium bisa dipakai sebagai bahan bakar nuklir, dia perlu melewati beberapa proses dulu.
Uranium alami harus diekstraksi (ditambang) dari dalam bumi sebagaimana layaknya barang tambang lainnya. Namun, tidak seperti barang tambang lainnya, uranium merupakan elemen radiatif. Akibatnya, seluruh aspek yang berkaitan dengan produksi bahan bakar uranium, mulai dari pertambangan, pemrosesan, dan pengayaan, sampai transportasi, memiliki potensi dampak yang merusak terhadap lingkungan dan kesehatan. Rata-rata setiap bijih uranium mengandung hanya 0,1% uranium. Sebagian besar materi lainnya yang dipisahkan pada saat penambangan bijih uranium adalah bahan beracun, berbahaya, dan radiatif.

Secara alami, uranium yang dijumpai di deposit uranium di alam dapat berbentuk Uranium-235 (U-235) yang bersifat radiatif (tidak stabil) dan U-238 yang stabil. Agar bisa digunakan dalam reaktor, uranium tersebut harus mengalami proses ”pengayaan”, yang artinya sejumlah uranium tersebut mengalami proses penambahan persentase unsur U-235 yang bersifat radiatif dan U-235 perlu dipisahkan dari U-238.

Untuk pembangkit listrik sipil standar, kandungan uranium harus ditambah dari 0,7% agar mencapai 3% sampai 5% U-235. Proses ini disebutkan pengayaan uranium. Uranium yang diperkaya kemudian dihancurkan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan diletakkan di dalam suatu batang (rod) besi panjang. Batang-batang ini kemudian dikumpulkan menjadi satu ikatan (bundle).
Proses fisi atau pembelahan atom bahan bakar uranium akan menghasilkan unsur-unsur tingkat radiasi tinggi seperti cesium dan strontium yang sangat berbahaya.

4. Katanya Indonesia punya cadangan uranium, betul ga sih?

Iya, tapi cadangan uranium yang ada di Indonesia (di Kalimantan tepatnya), berkualitas redah, karena kehadiran unsur U-235 nya tidak memadai untuk diperkaya.Walaupun uranium cukup berlimpah di dunia ini, persentase U-235 harus setidaknya bernilai 0,7% sebelum proses pengayaan atau pengayaannya. Artinya akan terlalu mahal dan tidak efesien. Kalau Indonesia memakai PLTN, uraniumnya perlu diimpor dari Australia untuk selanjutnya diperkaya dulu di Jepang atau Russia sebelum bisa dipakai di sini.

5. Apa itu radiasi?

Pada saat atom dipecah, energi dalam jumlah besar dilepaskan. Secara sederhana seperti inilah tenaga nuklir dijelaskan. Kedengarannya sangat jinak, tetapi produksi nuklir menghasilkan materi radioaktif pengion yang berbahaya.

Radiasi adalah energi yang berjalan dalam bentuk gelombang. Radiasi pengion menghasilkan reaksi kimia yang tidak bisa diprediksi, termasuk gelombang elektromagnetik dan juga partikel. Manusia tidak bisa melihat, merasa, mencium, atau mendengar radiasi pengion. Ada sumber radiasi pengion alami yang tidak bisa dihindari. Radiasi ini disebutkan ”radiasi latar belakang” atau background radiation. Selain radiasi alam ini, ada juga radiasi yang diciptakan manusia, untuk tujuan masing-masing, seperti medis, pangan, senjata, dan energi. Tetapi, paparan keradiasian yang diciptakan manusia itu loh yang bisa mengawatirkan bagi manusia sendiri dan lingkungan hidup, karena dikaitkan dengan mutasi gen, kelainan lahir, kanker, leukemia, kelainan reproduksi, imunitas, kardiovaskuler, dan sistem endokrin.
Ada empat jenis radiasi; Alpha, Beta, Gamma, dan X-ray, dengan ciri-ciri dan kandungan resiko masing-masing. Paling berbahaya adalah radiasi Alpha. Radiasi ini tidak bisa menembus kulit kita, tapi begitu terhirup, tertelan, atau masuk lewat luka, bisa masuk sel-sel di organ atau darah yang sangat merusak daerah sekitarnya. Contoh pengemisi Alpha adalah Plutonium, gas Radon, Uranium, dan Americium.

Pemancaran radiasi tinggi sangat membahayakan untuk manusia dan lingkungan, bukan hanya sekarang, tetapi tetap berdampak sampai ratusan ribu tahun mendatang!

6. Apa sih nuclear meltdown itu?

Proses fisi nuklir tersebut adalah proses yang amat kompleks dan penuh resiko. Kalau terjadi masalah atau kerusakan di dalam inti reaktor, kemungkinan besar dia akan terlalu panas dan meleleh. Kalau sebuah reaktor meleleh akan terjadi pelepasan radiasi besar-besaran. Karena suhu yang sangat tinggi sekali, ada kemungkinan bahwa bangunan perlindungan inti reaktor, yang dibuat dari logam dan/atau semen, akan rusak, alhasil radiasi tinggi akan terpancar ke lingkungan sekitarnya dengan konsekuensi yang amat parah.

Ada cukup banyak alasan kenapa bisa terjadi suatu kecelakaan di dalam PLTN. Kecelakaan meltdown yang paling parah adalah Chernobyl pada tahun 1986 di Ukraina, dulu sebagian Uni Soviet. Chernobyl tercatat dalam sejarah sebagai bencana nuklir sipil terburuk di dunia. Pada saat bencana terjadi, 56 orang meninggal dan sekitar 600.000 orang terpapar radiasi dengan tingkat yang signifikan. Kita tidak pernah bisa tahu jumlah korban tewas yang tepat tapi diperkirakan lebih dari 93,000 jiwa.

Dalam komik kita ini, istilah ’Nuclear Meltdown” dipakai sebagai sebuah metafora untuk menggambarkan bahaya dan semua resiko yang terkait dengan nuklir, mau dari senjata, PLTN ataupun limbahnya.

7. Katanya teknologi nuklir itu sudah aman, benar nggak sih?

Realitas industri nuklir saat ini tidak berbeda dengan keadaannya pada abad ke-20 –-di mana bahaya adalah bagian integral yang tidak dapat dipisahkan. Dari waktu ke waktu kembali industri nuklir menunjukkan bahwa ”keselamatan” dan ”energi nuklir” adalah dua terminologi yang tidak cocok.
Kecelakaan dapat terjadi di reaktor manapun, yang dapat menimbulkan terjadinya pelepasan radiasi mematikan dalam jumlah besar terhadap lingkungan. Kecelakaan-kecelakaan di dalam industri nuklir telah terjadi jauh sebelum bencana Chernobyl. Lebih dari duapuluh tahun kemudian, industri nuklir masih terus diwarnai dengan berbagai kecerobohan, insiden, dan kecelakaan.

Reaktor-reaktor nuklir tua merupakan penyakit endemis yang menyebar di seluruh dunia, terutama akibat dampak operasi jangka panjang dan komponen-komponennya yang berukuran besar. Lebih mengawatirkan lagi bahwa apabila para operator mendapat izin untuk memperpanjang jangka hidup reaktor dari 30 tahun menjadi 40 tahun, bahkan lebih. Dan itu pastinya akan semakin meningkatkan resiko kecelakaan. Operator nuklir pun secara terus menerus berusaha untuk menurunkan biaya dikarenakan tingkat persaingan yang ketat di pasar listrik dan demi memenuhi harapan pemegang saham.

Sementara model PLTN yang baru, seperti European Pressurized Reactor (EPR) atau Reaktor Bertekanan Eropa, akan memunculkan masalah baru yang tidak dapat diantisipasi dan menghasilkan limbah radioaktif lebih tinggi lagi. Walaupun reaktor ini dibilang canggih dan lebih aman, tapi coba lihatlah kenyataannya. Dua prototype reaktor EPR yang sedang dibangun di Finlandia dan Prancis terus mengalami masalah. Telah dideteksi lebih dari 2000 kesalahan dalam konstruksi yang mengakibatkan tiga tahun keterlambatan dari jadwal yang sudah ditetapkan. Hasilnya? Biaya reaktor ini membengkak menjadi 4,5 trilliun Euro atau 50% lebih dari perkiraan biaya awal. Karena ongkos pembangunan yang besar banget, industriawan nuklir selalu berusaha untuk mengurangi ongkos, dan dengan itu mempertaruhkan keselamatan.

Setelah bencana Chernobyl, industri nuklir semakin meredup dan semakin sedikit orang yang tertarik bekerja di bidang nuklir. Sehingga sumber daya manusia yang berkualifikasi untuk membangun dan mengoperasikan reaktor nuklir semakin berkurang. Siapa yang nanti akan mampu mengoperasikan PLTN-PLTN yang baru secara bijak dan aman? Tidak sulit ditebak bahwa resiko bahaya bencana nuklir akan semakin membayangi.

Kalaupun misalkan teknologi tidak gagal dan para operator tidak melakukan kesalahan, bencana alam tak boleh diabaikan dan masih merupakan resiko yang berarti. Sebagai contoh, pada tahun 2007, sebuah gempabumi di Jepang mengakibatkan kebakaran di PLTN Kashiwazaki-Kariwa. Gempa bumi tersebut memaksa tujuh reaktor tutup. gempa itu mengakibatkan sobekan di reaktor, kemudian melepas cobalt-60 dan chromium-51 ke atmosfir dari sebuah cerobong asap dan mengakibatkan bocornya 1.200 liter air yang terkontaminasi ke laut. Lebih dari setahun kemudian ketujuh reaktor tersebut masih tak bisa dioperasikan.

8. Ada nggak penyelesaian untuk limbah nuklir?

Setiap tahapan siklus produksi bahan bakar nuklir –-mulai dari penambangan uranium dan pengayaannya, operasional reaktor, dan proses penggunaan bahan bakar nuklir-- menghasilkan limbah nuklir. Penonaktifan dan pembongkaran fasilitas nuklir (decomissioning) juga menghasilkan limbah radioaktif dalam jumlah besar. Banyak lokasi nuklir di dunia ini yang masih perlu proses monitoring dan pengamanan walaupun sudah tidak aktif.

Sebagian besar limbah nuklir akan tetap berbahaya sampai ratusan ribu tahun, meninggalkan warisan yang mematikan bagi generasi yang akan datang. Tidak mengherankan bahwa solusi penanganan limbah nuklir sampai sekarang belum ditemukan dan kayaknya seperti nggak mungkin sih.

Konstruksi di situs pembuangan limbah Gunung Yucca di Nevada, Amerika Serikat, dimulai pada tahun 1982, tapi tanggal mulai beroperasinya ditunda dari 1992 sampai di atas 2029. Survey Geologi AS menemukan garis patahan (fault line) di bawah lokasi yang direncanakan. Dan muncul keraguan-keraguan serius akan pergerakan jangka panjang dari air bawah tanah yang dapat membawa kontaminasi mematikan ini ke lingkungan. Pada bulan Maret 2009 Presiden AS Barrack Obama telah mengumumkan bahwa beliau tidak akan menghabiskan dana lagi untuk situs Yucca Mountain yang tidak terbukti aman ini.

Secara global, volume bahan bakar sisa (spent fuel) adalah sejumlah lebih dari 250,000 ton, dan terus meningkat sekitar 10.000 ton setiap tahun. Milyaran dolar investasi telah dihabiskan untuk menemukan beragam cara pembuangan limbah nuklir di atas maupun dibawah tanah. Namun industri nuklir dan pemerintah gagal memberikan solusi yang masuk akal dan terjamin keamanannya secara berkelanjutan.

Jangan lupa juga bahwa diperlukan suatu metode yang bisa dipercaya yang bisa dipakai untuk memberikan peringatan kepada generasi yang akan datang mengenai keberadaan limbah nuklir tersebut. Entah bagaimana cara komunikasi manusia dalam 200, apalagi hingga 240,000 tahun ke depan?!

9. Bagaimana kalau limbah nuklir diolah kembali?

Sebagian dari bahan bakar nuklir yang terpakai diproses kembali, yang artinya plutonium dan uranium yang tak terpakai dipisahkan dari limbah, dengan maksud untuk dipergunakan kembali dalam PLTN. Bahan bakar yang dihasilkan dari pemrosesan kembali biasanya dicampur dengan bahan bakar uranium biasa, menjadi sekitar 30% plutonium dan 70% uranium yang diperkaya.

Campuran bahan bakar itu disebut sebagai bahan bakar MOX (mixed oxide) atau ”MOX fuel”. Sejumlah kecil negara – Perancis, Rusia, dan Inggris – melakukan pengolahan kembali dalam skala komersial. Hasilnya, limbah nuklir berbahaya dan plutonium yang tersaring terus menerus ditransportasikan melewati lautan, perbatasan, dan melalui kota-kota.

Asal tahu saja, istilah “pengolahan kembali” yang disebutkan di atas adalah jelas bahwa menyesatkan. “Pengolahan kembali” bahan bakar uranium yang terpakai justru menghasilkan lebih banyak limbah berbahaya. Tempat-tempat pengolahan kembali nuklir mengeluarkan jumlah besar limbah radioaktif setiap harinya dengan dampak lingkungan serius.

10. Kenapa sih nuklir itu sering dikaitkan dengan senjata?
Badan PBB untuk Energi Atom Internasional (IAEA) didirikan untuk mendukung ekspansi tenaga nuklir di seluruh dunia. Namun di saat yang sama IAEA juga berperan sebagai badan pengawas untuk pengembangan senjata nuklir ilegal. Konflik kepentingan mendasar seperti inilah yang merupakan penyebab utama mengapa perbanyakan senjata nuklir di seluruh dunia tidak dapat dihentikan.

Satu fakta sederhana menunjukkan bahwa setiap negara yang memiliki kemampuan mengembangkan tenaga nuklir juga memiliki kemampuan untuk membuat senjata nuklir. Jadi, dengan adanya 44 negara yang mengembangkan tenaga nuklir saat ini bisa dikatakan bahwa di seluruh dunia terdapat 44 negara yang berpotensi untuk menghasilkan senjata nuklir. Dan kalau industri nuklir berhasil mengekspansi, jumlah negara ini akan terus mengingkat dengan konsekwensi yang tidak dapat diprediksi.

Plutonium adalah hasil proses fisi dan tidak terdapat dalam lingkungan alam yang bisa dipakai untuk membangun bom. Bahan bakar nuklir yang terpakai mengandung 1% plutonium. Berarti suatu reaktor nuklir dengan kapasitas standar (sekitar 1000 Megawatt) menghasilkan plutonium cukup untuk memproduksi sekitar 40 bom tiap tahun. Untuk membuat satu bom nuklir hanya diperlukan 5 kilogram plutonium (Bom yang dijuluki dengan Fat Man, yang menghancurkan Nagasaki pada tahun 1945 dan membunuh 50.000 orang hanya mengandung 6,1 kilogram plutonium). Hal inilah yang menyebabkan penjagaan cadangan plutonium menghabiskan sumberdaya yang sangat besar.

Plutonium akan terus mengeluarkan zat radiaoktif tingkat tinggi sampai 240,000 tahun. Menumpuknya plutonium yang dihasilkan dari fasilitas sipil terus meningkat di dunia. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya proliferasi. Kebanyakan plutonium militer yang ada di dunia dimiliki oleh Rusia (130 ton) dan Amerika Serikat (100 ton). Produksi plutonium militer hampir berhenti sepenuhnya setelah perang dingin, namun pemrosesan ulang komersial masih berlanjut dan meneruskan status quo yang berbahaya ini.

11. Tapi tenaga nuklir itu murah kan?
Einstein pernah menggambarkan teknologi tenaga nuklir sebagai “cara paling mahal untuk mendidihkan air”, walaupun pendukung nuklir senang bikin kita percaya bahwa tenaga nuklir itu efektif biaya. Padahal kalau kita melihat pengalaman sekarang dan yang lalu dari proyek-proyek nuklir yang diperkirakan serta biaya sebenarnya, maka akan terungkaplah suatu industri yang dipenuhi dengan belanja yang berlebih dan selalu ditopang oleh subsidi pemerintah.

Biaya pembangunan reaktor nuklir, yang sangat mahal dibandingkan dengan pembangkit listrik yang lain, secara konsisten selalu pada kenyataannya dua sampai tiga kali lebih mahal dari yang diperkirakan oleh industri nuklir. Di India, negara yang paling baru membangun reaktor nuklir, biaya penyelesaian 10 reaktor terakhirnya, rata-rata 300% di atas anggaran. Di Finlandia, konstruksi reaktor baru, kelebihan anggarannya sudah mencapai €1,5 milyar.

Selama bertahun-tahun, milyaran dolar uang pembayar pajak masuk ke dalam energi nuklir, dibandingkan dengan sedikitnya uang yang digunakan untuk mempromosikan teknologi energi bersih dan terbarukan.

Reaktor nuklir merupakan beban yang terlalu besar untuk ditanggung oleh perusahaan asuransi. Sebuah kecelakaan besar, bernilai ratusan milyar euro (total biaya Chernobyl diperkirakan adalah €358 milyar) dapat membuat mereka bangkrut. Pemerintah, dan pada akhirnya juga para pembayar pajak, dipaksa untuk menanggung beban keuangannya. Biaya pembersihan setelah sebuah PLTN ditutup dan pengelolaan limbah nuklir yang aman untuk banyak generasi mendatang (semua bagian reaktor akan terkontaminasi zat radioaktif) juga sebagian besar ditanggung oleh negara dan bukan oleh perusahaan sendiri

12. Katanya nuklir itu bersih dan bisa membantu mengatasi dampak perubahan iklim?
Dunia kini sedang menghadapi ancaman global yang sangat besar, yaitu perubahan iklim. Perubahan iklim disebabkan berbagai kegiatan manusia yang menghasilkan terlalu banyak emisi gas rumah kaca (GRK), terutama karbon dioksida. Kebanyakan emisi GRK itu hasil dari pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu bara dan minyak saja, tapi juga karena penebangan hutan, sampah, dan pertanian yang tidak berkesinambungan. Gas ini tidak bisa keluar atmosfir sehingga terjadilah apa yang disebut dengan efek rumah kaca, yang menyebabkan pemanasan global atau global warming. Beberapa dampak perubahan iklim di antara lain adalah kenaikan permukaan laut, meningkatnya penyakit tropis, dan hilangnya keanekaragaman hayati. Dampak perubahan iklim akan sangat parah di negara-negara Asia tenggara.

Jika kita mau mencegah akibat-akibat perubahan iklim yang terparahkan akibat emisi karbon dioksida tersebut, maka perlu bersegera memangkas emisinya hingga setidaknya 50% pada tahun 2050 dan 30% pada tahun 2030 secara global. Kesepakatan ini dibuat pemimpin-pemimpin dunia dan diformalkan dalam Protokol Kyoto. Akhir tahun ini akan ada pertemuan mereka berikutnya, yang itu sangat penting karena akan membahas apa yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan pemangkasan emisi secara global setelah tahun 2012, kapan Protokol Kyoto berakhir. Kalau kamu sudah baca komik kita, kamu akan tahu bahwa menurut Greenpeace, banyak hal akan tergantung pada hasil pertemuan ini!

Memang emisi karbon dari pengoperasian PLTN jauh lebih kecil daripada emisi dari PLTU batu baru atau minyak, tapi kalau kita memperhitungkan emisi yang disebabkannya mulai dari pertambangan, pemrosesan, pengayaan uranium, transport, hingga pembongkaran PLTN, maka emisi karbonnya akan terbukti jauh lebih tinggi dari yang dikeluarkan tenaga angin atau panas bumi. Jadi jelaslah, dalam upaya pengurangan emisi, kontribusi nuklir amatlah kecil.

Saat ini 436 reaktor nuklir memasok sekitar 16% listrik global, yang hanya mewakili 6,5% konsumsi energi keseluruhan. Skenario global dari Badan Energi Internasional (IEA), yang diterbitkan pada bulan Juni 2008, menunjukkan; Bahkan jika kapasitas nuklir digandakan empat kali pada tahun 2050, kontribusinya hanya 6% terhadap upaya menurunkan emisi karbon - dari sektor energi - sampai setengahnya pada tahun 2050 tersebut.

Kok, bodoh banget kalau dengan kontribusi sekecil itu mereka mau ambil resiko begitu besar! Ekspansi nuklir seperti yang diinginkan industrinya juga tugas yang mustahil. Sejak tahap perencanaan, tahap pembangunan sampai pengoperasian rata-rata butuh waktu sepuluh tahun. Itu berarti bahwa listrik yang dihasilkan baru dapat dinikmati jauh setelah tahun 2020, yaitu pada saat di mana dunia seharusnya sudah jauh mengurangi emisi gas rumah kaca. Di samping itu, PLTN tersebut akan terus menimbulkan bahaya besar dari limbah yang dihasilkan, radiasi zat radioaktif, dan kemungkinan kecelakaan serta bencananya.

13. Kalau bukan nuklir, apa yang bisa dipakai untuk memenuhi kebutuhan energi bangsa ini?

Tahu nggak, energi terbarukan bisa memenuhi kebutuhan energi global enam kali lebih banyak dibandingkan dengan teknologi yang sudah ada sekarang – ditambah dengan jaminan keberlanjutan, secara damai, bersih, dan ketersediaannya yang melimpah. Energi terbarukan adalah sumber energi yang benar-benar bersih (dengan emisi karbon yang sangat rendah) dan tidak mengandalkan bahan bakar fosil (batu bara, minyak, atau gas bumi), atau fisil (uranium). Contoh energi terbarukan adalah panas bumi (geothermal), biomasa, angin, surya, mikro-hidro, dan gelombang.

Potensi panas bumi di Indonesia sama dengan 27,000 megawatt atau 40% dari potensi panas bumi di dunia. Panas bumi adalah sumber energi yang sudah terbukti efektif dan bersih. Tenaga angin sedang mengalami lonjakan di negara seperti Spanyol, Jerman, dan Cina, sedangkan tenaga surya semakin murah dan menjanjikan. Sayangnya pemerintah kurang mengutamakan pemakaian energi terbarukan dan memanfaatkan potensinya secara penuh.

14. Memang energi terbarukan bisa diandalkan?
Ada orang (khususnya mereka yang gencar mempromosikan nuklir) bilang bahwa energi terbarukan tidak bisa diandalkan karena pasokan listriknya tidak stabil (misalnya kalau angin lagi mereda, turbin-turbin tidak digerakkan). Tapi dengan jaringan listrik yang cerdas dan terdesentralisasi kita justru bisa mengembangkan sistem listrik yang lebih efektif, terjangkau, dan tidak boros seperti jaringan listrik skala besar yang dipakai sekarang.

Instalasi pembangkit tenaga energi terbarukan bersifat lebih cepat, lebih murah, dan lebih terpercaya dibandingkan dengan instalasi pembangkit tenaga nuklir. Waktu konstruksi yang diperlukan untuk turbin angin misalnya, hanya sekitar 2 minggu, ditambah dengan sekitar 1-2 tahun untuk perencanaannya. Pembangkit listrik tenaga angin bisa mengikuti perkembangan kebutuhan dari negara seperti India dan China dengan lebih mudah dibandingkan dengan program tenaga nuklir yang lambat dan tidak pasti. Di Cina, misalnya, kapasitas tenaga angin sudah mengingkat dari 4,000 MW menjadi 10,000MW, sedangkan kapasitas nuklir di Cina hanya sebesar 9,000MW. Target tenaga angin pemerintah Cina juga jauh lebih besar daripada nuklir yaitu 100GW tenaga angin ketimbang hanya 12,1 GW nuklir sampai tahun 2020.

Setiap uang yang diinvestasikan untuk efisiensi listrik akan menggantikan tujuh kali lebih banyak karbon dioksida dibandingkan dengan setiap uang yang diinvestasikan dalam tenaga nuklir. Kenyataannya, tenaga nuklir merongrong solusi sebenarnya untuk mengatasi perubahan iklim dengan mengalihkan investasi yang sangat dibutuhkan bagi sumber energi yang bersih dan terbarukan serta efisiensi energi.

Source: http://software.wibs.co.cc/2011/03/apa-itu-nuklir.html

No comments:

Post a Comment